JAMBI – Kisruh kader Partai Golkar soal penentuan caleg pada Pemilu 2024 makin panas. Hal ini karena banyaknya kader partai berlogo beringin ini tidak mendapatkan slot pada pencalegan kali ini melainkan diisi oleh sejumlah politisi baru.
Sempat beredar vidio gaduh Partai Golkar di Jambi ini menjadi pusat perhatian, Jefri Pardede kader Partai Golkar yang ada didalam vidio viral tersebut menceritakan kronologi kejadian tersebut.
Berawal dari rapat tim singkronisasi kota dan provinsi Jambi terkait penempatan nomor urut, namun setelah berdebat, akhirnya tim singkronisasi provinsi menyampaikan bahwa keputusan akan diambil DPD Provinsi Jambi.
Saat itu ketua Bapilu Kota Jambi menyampaikan itu bukan kewenangan Provinsi itu kewengan kami ujar ketua Bappilu Kota Jambi, akhirnya Jefri Pardede sempat bertanya “aturan mana yang menyampaikan itu? “karena saya melihat dari diskusi itu Bapilu Kota Jambi selalu mengangkangi aturan dan tidak mendengar aspirasi dan pendapat DPD Provinsi Jambi, ujar Jefri Pardede.
Perdebatan semakin panas saat ketua Bapilu Kota menegaskan kewenangannya, akhirnya Jefri Pardede menanyakan aturannya, terjadilah cekcok, jefri Pardede terpancing dengan kata kata yang mulai arogan, mendengar kata kata “kau mau apo? ” Jefri pun mendekat, Jefri sempat di cekik dengan ancaman “ku selesaikan kau” Yang disaksikan semua pengurus Provinsi, ujar Jefri menceritakan kejadian tersebut.
Jefri Pardede juga menyayangkan, sampai kini tidak ada persoalan tersebut untuk difasilitasi pertemuan diantara kader, tidak ada mediasi, “jadi keputusan nomor urut, pencalegan itu ditetapkan 2 hari kemudian, ” saya tidak ada persoalan disitu, ujar Jefri.
Jefri melanjutkan dan tidak mempersoalkan tentang keputusan nomor urut pencalegan itu ditetapkan.
Setelah 2 hari diputuskan Jefri menyampaikan pengunduran diri dari pencalegan yang sudah melalui prosedur.
Jefri juga curiga dari awal sudah ada pecegalan terhadap dirinya untuk caleg di dapil tersebut.
Untuk langkah kedepan, semangat sama untuk memenangkan Partai Golkar, ujar Jefri.
namun Jefri juga akan mempertanyakan kepada DPP dan akan membuat gerakan untuk mempertanyakan koreksi kepemimpinan Cek Endra, terkait ketegasan nya yang membuat ketidak nyamanan yang selalu ada persoalan yang ujungnya perselisihan, gesekan diantara kader, karena tidak ada pengayoman kepada kader diberikan nasehat dan pendapat yang menyejukkan sampai saat ini, ujar Jefri Pardede
Khusus di Kota Jambi, selain incumbent daftar caleg yang didaftarkan ke KPU didominasi wajah baru. Meski diisi mantan dewan, mereka baru bergabung di partai yang dinahkodai Budi Setiawan di DPD II Golkar Kota Jambi. Tak hanya itu, politisi baru di Golkar itupun langsung jabatan vital dalam penentuan daftar caleg.
Asari Syafi’i selaku kader Golkar menyayangkan kisruh yang terjadi di beringin rindang ini. Menurutnya, hal itu harus ditindak oleh DPP agar kekisruhan ini tidak berkepanjangan. Mengingat, tahun ini merupakan tahun politik.
“Keputusan yang diambil oleh pengurus baik kabupaten/kota hingga provinsi soal pencalegan ini banyak yang tidak mengakomodir kader yang sudah berdarah membesarkan partai ini,” katanya, Kamis (18/5) kemarin.
Atas adanya kejadian ini kata Asari Syafi’i yang namanya juga ‘dibuang’ dari daftar caleg kali ini, menyebutkan jika pihaknya juga sudah melaporkan hal ini ke DPP dengan melayangkan surat secara langsung lewat Antoni Zeindra Abidin (AZA) selaku penasehat partai. Hal ini harus diambil sikap oleh DPP agar partai ini tetap solid untuk pemenangan Pemilu 2024.
“Kita minta DPP mengevaluasi ketua DPD I Golkar Provinsi Jambi Cek Endra. Sekaligus DPP melakukan evaluasi kinerja baik Ketua DPD I dan DPD II dalam meramu caleg. Jangan mereka yang belum berdarah untuk partai, hanya bermodalkan cost malah diprioritaskan,” ujarnya.
“Kalau ini tidak diselesaikan, saya yakin partai ini tidak akan solid. DPP juga harus segera mengambil langkah. Ini jika DPD I tidak mampu menyelesaikan masalah ini,” sebutnya.
Menurutnya, saat ini banyak sekali nama baru di daftar caleg Kota Jambi. Ia pun memberi sebutan nama baru itu dengan kader ‘indikost’, baru gabung partai hanya untuk mencalonkan diri saja.
“Saat ini banyak caleg Indikost, belum punya KTA sudah masuk dalam daftar. Mereka belum berkeringat di partai,” kata Asari yang pernah mencalonkan diri sebagai caleg DPRD Kota Jambi pada 2019 lalu.
“Kita minta penentuan caleg secara skoring, acuan aturan partai. Kami tetap berjuang, kami akan menggunakan hak sebagai kader sesuai pasal 15,” pungkasnya.
Sementara Ketua DPD II Kota Jambi, Budi Setiawan hingga saat ini belum merespon terkait insiden ini.(roy)
Discussion about this post